Januari 26, 2011

Pilih!! HD atau Blu-ray, Mau?



Berawal dari membaca tulisan di buku TIK SMP kelas 7 tentang format cakram optik, berlanjut ke kebingungan antara mau membeli DVD Harry Potter, Tron Legacy, atau film terbaiknya Golden Globe, The Social Network . Saya mulai mencerna HD dan Blu-ray. Anyway, ketiga film

tadi belum saya tonton di bioskop. Sebenarnya saya memang tidak hobi nonton. Bukannya tidak suka, hanya saja kurang hobi. Kalau lagi kepepet saja, sudah tidak ada hiburan lain baru lah colak-colek teman buat tanya apa dia punya film baru.

Ketika mencari DVD (saya pun seperti orang kebanyakkan tidak terlalu tertarik beli yang original, sekali lagi karena saya tidak hobi nonton) saya baca dibelakang kemasannya tertulis “HD-DVD - Blu-ray”. Cuma bajakan mana mungkin, pikir saya. HD-DVD dan Blu-ray kan harganya mahal. Sebenarnya saya lebih tertarik dengan tulisan "HD-DVD – Blu-ray" dibanding resensi filmnya sendiri. Lalu saya browse diinternet karena banyak pertanyaan melayang dipikiran saya, yang sebelumnya belum pernah muncul. Kenapa harus ada dua kalo bisa dijadikan satu, bikin ribet aja? Mana yang lebih baik? Koq bisa sih orang bikin teknologi kaya gini? Kalo TV nya biasa, bisa tambah bagus ga tampilan film nya, secara HD-DVD – Blu-ray gitu lho? Tapi koq sekarang lebih terdengar Blu-ray nya ya? Dan lain sebagainya.

Inilah hasil pencarian saya itu.

Setelah muncul penyimpan data dalam bentuk kepingan CD/cakram optik, teknologi terus berkembang. DVD yang muncul di tahun 1997 sempat merajai selama beberapa tahun karena kualitas gambar dan resolusinya yang sangat bagus (jka dibandingkan dengan VHS), dan bahkan sampai saat ini (walau sudah keluar teknologi HD-DVD dan Blu-ray) masih banyak orang yang lebih memilih DVD standar. Pada tahun 2005 Toshiba meluncurkan teknologi kepingan CD baru, High Definition DVD atau lebih dikenal dengan HD-DVD untuk mengupgrade performa DVD karena tuntutan pasar yang menginginkan kualitas gambar yang lebih bagus. Ditambah, dengan ukuran disc yang sama, kepingan DVD standar hanya mampu menyimpan informasi jauh lebih sedikit (sekitar 4,7 gigabytes) daripada kepingan HD-DVD (sampai 30 gigabytes) dan Blu-ray (sampai 50 gigabytes). Tak lama berselang menyusullah Blu-ray yang dilepas kepasaran pada awal 2006. Hal ini sempat membuat bingung masyarakat sedunia, sebaiknya pilih HD-DVD atau Blu-ray. Dan tentu saja di tahun 2006-2007 konsumen merasa “Akan lebih baik apabila hanya ada 1 format yang beredar”.

Secara general, HD-DVD adalah generasi penerus DVD standar.Pertama karena mesin yang digunakan untuk memutar HD-DVD dapat juga digunakan untuk memutar DVD, jadi film koleksi lama kita bisa tetap ditonton. Tentu saja kualitas suara dan tampilan gambar dari kepingan HD-DVD jauh lebih baik dibanding kepingan DVD ketika dijalankan pada alat yang sama. Kedua, teknik maufakturing HD-DVD pun mirip dengan DVD standar. Ketiga, untuk masalah penerjemahan dan perbanyakkan (duplication), pihak pengembang pun tidak perlu mengganti semua alat-alat untuk memperbanyak HD-DVD karena sebagian alat nya adalah sama. Inilah yang membuat HD-DVD di atas angin, bisa meluncur lebih awal dengan harga yang sedikit lebih rendah dari pada Blu-ray.

Perangkat keras HD-DVD didukung oleh beberapa perusahaan seperti Toshiba (sebagai pendukung utama), NEC, Onkyo, Samsung (juga mendukung Blu-ray) Sanyo, dan Thomson (Note: Thomson juga ikut mendukung Blu-ray). Dari sisi softwarenya HD-DVD dikembangkan oleh Microsoft, BCI, Dreamworks, Paramount Pictures, Studio Canal, Universal Pictures, dan Warner. Tapi sayangnya (walaupun ini sesuai dengan keinginan konsumen), setelah HD-DVD mengakui kehebatan Blu-ray, produksinya dihentikan pada tahun 2008. Singkat kata setelah bulan Februari 2008, konsumen tidak usah bingung lagi karena hanya ada 1 format cakram optic yang bisa dipilih. Bahkan, Toshiba yang “melahirkan” HD-DVD pun tak mau ketinggalan meraih pasar, pada 2009 Toshiba mengeluarkan pemutar Blu-ray nya sendiri.

Nama Blu-ray sebenarnya memiliki kisah sendiri. Berasal dari teknologi yang diadopsi oleh kepingan ini blue laser, membuang huruf “e” karena jika memakai “Blue-ray” paten untuk nama produk ini tidak bisa didapatkan. Selain itu, alasan mengapa Blu-ray keluar belakangan adalah karena para pengembang terlebih dahulu ingin menyiapkan seluruh perangkat pendukung sebelum pemutar dan kepingan Blu-ray benar-benar beredar di pasaran. Tidak seperti HD-DVD, perangkat pendukung Blu-ray sangat berbeda dengan perangkat pendukung DVD yang sudah lebih dulu dimiliki konsumen. Istilahnya kelahiran Blu-ray ini benar-benar dipersiapkan dengan matang.

Perangkat keras Blu-ray didukung oleh Apple, Denon, Hitachi, LG, Matsushita (Panasonic), Pioneer, Philips, Samsung (juga mendukung HD-DVD), Sharp, Sony, and Thomson (Note: Thomson juga mendukung HD-DVD). Sedangkan dari sisi softwarenya, Blu-ray didukung oleh Lions Gate, MGM, Miramax, Twentieth Century Fox, Walt Disney Studios, New Line, and Warner. Ditambah,sebagai akibat dari berhentinya produksi HD-DVD, Universal, Paramount, and Dreamworks sekarang juga sudah bergabung mendukung Blu-ray.

Sumber:

http://forum.ecoustics.com/bbs/messages/34579/129058.html

http://hometheater.about.com/od/dvdbasics/a/bluhddvdinfo.html


Selanjutnya:

Spesifikasi HD-DVD dan Blu-ray, Ooo Beda ya?

Di Balik Blu-ray dan HD-DVD, Cara Kerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar